Minggu lalu tanggal 18-22 Juni 2011, saya dan teman-teman jalan-jalan ke Sumatra, tepatnya daerah lampung sampai Bengkulu. Selain untuk liburan, kami juga bertujuan untuk belajar, dan melihat secara langsung ular beserta habitatnya di daerah Sumatra.
Dan yang menjadi tujuan saya sendiri adalah mencari tau sebanyak-banyaknya informasi tentang sanca gendang (python curtus) yang hidup di daerah Bengkulu dan lampung. Berdasarkan literatur-literatur mengenai python curtus yang pernah saya baca (J.SCOTT KEOGH, DAVID G.BARKER, RICHARD SHINE), habitat python curtus ini terbagi menjadi dua wilayah di Sumatra, yang dibatasi oleh pegunungan bukit barisan, karena keterpisahan itu maka tercipta subspesies, yang pertama adalah python curtus brongersmai yang berada di sebelah barat pegunungan bukit barisan dan yang kedua adalah python curtus curtus yang berada di sebelah selatan dan pesisir timur pegunungan bukit barisan.
Python curtus brongersmai
Python curtus curtus
Di Sumatra ini saya sempat wawancara singkat dengan warga setempat dan sebagian orang yang bekerja sebagai penangkap ular.
Di wilayah lampung saya mendapat informasi dari seorang penangkap ular, dia bercerita bahwa biasanya ular gendang ini sering ditemukan di perkebunan kelapa sawit, mereka sering ditemukan bersembunyi di balik tumpukan pelepah sawit yang berserakan, selain itu mereka juga sering ditemukan di balik kayu-kayu lapuk dekat aliran sungai disekitar perkebunan sawit. Dan menurut salah seorang penangkap ular tidak semua sanca gendang di daerah ini berwarna hitam semuanya ada juga yang kepalanya berwarna kuning atau kekuningan dan bagian punggung tetap hitam, menurut si penangkap ular yang kepalanya kuning ini lebih agresif dibanding yang kepala hitam.
Di wilayah Bengkulu sendiri saya sempat memasuki perkebunan kelapa sawit yang menurut penduduk sekitar sering terlihat sanca gendang, tepatnya di daerah seluma yaitu di bagian barat Bengkulu. di dalam perkebunan sawit ini suhu udaranya panas dan lembab, juga terdapat lembah, dan aliran sungai kecil agak jauh ke dalam perkebunan ini (sangat ideal untuk sanca gendang).
Lembah di dalam perkebunan kelapa sawit
Genangan dan aliran sungai kecil di dalam perkebunan sawit
Saya sempat sedikit mengobrol dengan dua orang penduduk sekitar, yang pertama adalah ibu-ibu yang sedang mencari kayu bakar dan yang kedua adalah seorang penggembala kerbau bernama bapak Asran.
Perbincangan saya dengan si ibu pencari kayu:
Saya: “ sore bu, maaf mau tanya-tanya, kalo di kebun sawit ini suka keliatan ular nggak ya?”
Ibu: “ lagi cari ular?” (logat Sumatra)
Saya: “ iya betul bu, saya denger katanya di daerah perkebunan sawit ini banyak keliatan ular, jadi saya penasaran mau liat sendiri”
Ibu: “ iya memang ada sering ketemu ular disini, biasanya itu suka sembunyi di balik tumpukan daun sawit,,,suka keliatan kepalanya saja,,,kalo keganggu dia buka mulutnya , lalu suka saya lempar pake batu kecil,,langsung dia lari”
Saya: “ oohhh itu ularnya bentuknya kaya apa ya bu??? (penasaran berat)
Ibu: “ badanya besar tapi pendek dia, seringnya di tanah, nda pernah di pohon, kalo di pohon nda ada ularnya” (logat Sumatra)
Saya: “ooo begitu…. Ibu sering ketemu ???
Ibu: “ tiap hari ibu lewat sini,,,,ya lumayan sering, tapi nda selalu juga ketemu”
Saya: ” kalo terakhir liat kapan bu??
Ibu: “ baru sekitar dua minggu lalu,,saya sering bolak balik sini, soalnya saya punya pabrik bata di dalam sana (sambil menunjuk kedalam perkebuan sawit)”
Saya: “ ooooo iya iya……kalo begitu terima kasi bu,, saya jadi penasaran mau liat-liat dulu
Ibu: “ oh iya hati-hati saja”
Selanjutnya saya bertemu dengan seorang bapak yang sedang menggembala kerbau di perkebunan sawit ini.
Bp Asran: “ lagi cari apa mas?” (logat Sumatra)
Saya: “ oh sore pak, lagi cari-cari ular yang hidup di sekitar sini pak,,,saya dengar di sini sering keliatan ular ya pak? yang badannya agak pendek tapi besar”
Bp Asran: “ oh iya betul, biasanya itu dibalik pelepah kelapa sawit, cari ular untuk apa ya?
Tumpukan pelepah sawit yang jadi tempat bersembunyi sanca gendang
Saya: “ Cuma penasaran kepengen liat aja pak, bapak tinggal di daerah sini pak?
Bp Asran: “ oh begitu, iya saya lahir di daerah sini, saya lagi gembala kerbau di sini….memang sering ketemu ular itu disini, warnanya hitam ada corak di punggungnya sama bercak putih di samping badannya, dulu saya pernah liat yang bercak putihnya banyak, biasanya saya liat di daerah sini (sambil menunjuk ke tengah perkebunan), kadang juga dia disini ditengah jalan ini lagi diam, melintang di tengah jalan (menunjuk jalan setapak di perkebunan)”
Jalan setapak yang sering dilewati sanca gendang
Semak di dalam perkebunan sawit
saya: “ biasanya keliatannya sore atau malem pak?
Bp Asran: “ oh selalu sore dia keluar, ya waktu-waktu sore seperti sekarang ini lah, kalo pagi, siang atau malem nda pernah keliatan itu, tapi memang nda selalu keliatan, kadang bisa berbulan-bulan nda keliatan”
Saya: “ ooooh begitu ya pak,,,kalau bapak terakhir liat kapan pak?”
Bp Asran: “ kurang lebih saya liat itu sebulan yang lalu, di jalan setapak ini, galak dia , mulutnya terbuka gitu….tapi dulu kira-kira 4-5 tahun yang lalu waktu sawit ni masih pendek, sering sekali itu keliatan ular itu di sekitar sini, hampir setap hari saya liat, saya pernah ketemu yang sebesar paha, ada juga yang panjang dan bisa berdiri tinggi (mungkin yang dimaksud King Cobra / Ophiophagus Hannah),,tapi saya bunuh dulu itu, bahaya soalnya”
Saya: “ ooo begitu!....kalo begitu saya mau cari-cari dulu ya pak, jadi penasaran liat hahaha
Bp Asran: “ oh iyaiya silahkan aja
Lama saya mencari dan membalik-balik pelepah kelapa sawit, tapi satu pun nggak keliatan,,saat lagi sibuk mencari, si bapak kembali menyapa
Bp Asran: “ biasanya kalo sengaja dicari-cari malah nda ketemu hahaha, semakin keganggu biasanya semakin masuk ke dalam dia”
Saya: “ oh begitu ya pak haha”
Karena sudah hampir malam dan saya tidak menemukan seekor pun dan juga kami harus meneruskan perjalanan, maka dengan kecewa saya bersama teman-teman melanjutkan perjalanan kami kembali ke lampung
Cerita pak Asran dan si ibu pencari kayu makin bikin saya tambah penasaran, tapi walupun kecewa karena tidak bisa melihat sanca gendang di habitat aslinya, saya cukup puas karena bisa mengambil foto-foto perkebunan sawit, dan dapat banyak sekali informasi mengenai keberadaan, suasana, dan lingkungan tempat hidup sanca gendang.
Dari cerita-cerita yang saya dapat bahwa sanca gendang yang berukuran besar atau dewasa sering terlihat di perkebunan sawit, tapi sanca gendang yang masih kecil sangat sulit untuk ditemukan, dan tidak pernah ditemukan di perkebunan kelapa sawit,,jadi saya berasumsi kalau gendang yang berukuran besar ini memilih tempat yang potensial untuk menyergap mangsanya yaitu di bawah tumpukan pelepah sawit dimana sering dilewati oleh pengerat-pengerat kecil, seperti bajing, tupai ataupun tikus. Pertanyaan yang lain: jadi yang masih kecilnya hidup dimana ya??? Terus mangsanya apa????........
Ni saya baru dapat di perkebunan sawit mas..klu mw beli hubungi saya..082374261213...masih mulus mas..asal kota jambi
BalasHapusDi kebon Mbah ku dulu sebelum jadi kebon karet setiap panen padi sering keliatan ular itu kak. Kalo tempat kami namanya ular kendang. Mbah ku sampe sakit gara2 kaget liat ular itu. Kalo disini mitos nya yg bisa liat ular itu cuma empunya ladang. Makanya ada yg nyari nyari tapi gak Nemu Nemu.
BalasHapusBiasa nya ular sanca gendang itu klau ganti kulit ditempat kyk gimna yah kaa,
BalasHapusSoalnya saya semalam dapat ular tersebut saya masukin ke kandang bekas Burung tapi pagi nya uda gadak lagi, saya lihat dia tampak nya ular tersebut mau ganti kulit,
Pertanyaan saya kaa klau ular sanca gendang ganti kulit dia di tempat kyak gimna yah kaa?